Sabtu, 21 Desember 2013

Perkerasan Jalan


Perkerasan (pavement) adalah suatu jenis konstruksi yang relatif stabil yang dibangun diatas permukaan tanah asli atau tanah dasar yang berfungsi untuk menahan dan mendistribusikan beban kendaraan serta sebagai lapisan penutup permukaan. Jadi perkerasan dibangun karena permukaan tanah dasar tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya. Berdasarkan karakteristik menahan dan mendistribusikan beban, maka perkerasan dapat dibagi atas perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement).

Perkerasan lentur (flexible pavement)
Merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat terhadap material lainnya dan cenderung bersifat lentur karena aspal yang berfungsi sebagai pengikatnya bersifat elastis. Perkerasan tipe ini umumnya terdiri dari 4 lapisan yaitu lapisan permukaan, lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan tanah dasar, dimana setiap lapisan berperan dalam mendistribusikan beban ke lapisan lain yang ada dibawahnya. 
Sumber:  http://training.ce.washington.edu/PGI
  Perkerasan kaku (rigid pavement)
Suatu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat terhadap material lainnya dan cenderung bersifat kaku karena memiliki modulus elastisitas yang sangat tinggi. Perkerasan tipe ini umumnya juga terdiri dari 4 lapisan yaitu lapisan permukaan beton, lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan tanah dasar. Hanya saja untuk tipe perkerasan ini lapisan pondasinya berfungsi sebagai drainase untuk mengalirkan air. Tipe perkerasan ini biasanya direncanakan untuk lalu lintas yang tinggi.


Sumber:  http://training.ce.washington.edu/PGI
Perkerasan komposit  
     Suatu perkerasan yang merupakan gabungan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Tipe ini jarang sekali digunakan pada pendesainan awal tetapi biasa digunakan pada rehabilitasi suatu perkerasan jalan.

 Material Perkerasan Jalan
Material utama pembentuk lapisan perkerasan jalan adalah agregat, yaitu 90–95% dari berat campuran perkerasan. Daya dukung lapisan perkerasan ditentukan dari sifat butir-butir agregat dan gradasi agregatnya. Bahan pengikat seperti aspal dan semen digunakan sebagai bahan pengikat agregat agar terbentuk perkerasan yang kedap air.

Untuk mendapatkan perkerasan jalan yang memenuhi mutu yang diharapkan, maka diperlukan pengetahuan tentang sifat, pengadaan, dan pengolahan agregat. Disamping itu, pengetahuan tentang sifat bahan pengikat seperti aspal menjadi dasar untuk merancang campuran beraspal sesuai jenis perkerasan yang diinginkan. Pengendalian mutu dari proses pelaksanaan perkerasan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan untuk mendapatkan mutu campuran yang diharapkan.


Agregat 
Agregat merupakan kumpulan butiran batuan, kerikil, pasir maupun mineral lainnya dengan ukuran tertentu yang diperoleh dari hasil alam atau buatan. Untuk mendapatkan kualitas campuran aspal yang baik, proporsi agregat dalam campuran harus mencukupi terbentuknya suatu kerangka susun batuan yang saling mengunci antar butirannya. Hal tersebut membuat campuran aspal mampu menahan pergerakan butiran agregat di saat campuran aspal menerima beban (Asphalt Institute, 1989). Mutu dari agregat yang akan digunakan sebagai bahan konstruksi harus sesuai dengan spesifikasi. Ada beberapa macam spesifikasi yaitu: menurut AASHTO, British Standard, Bina Marga dan Spesifikasi menurut Departemen Pekerjaan Umum tentang kriteria agregat.
 
Aspal 
Aspal adalah sejenis mineral yang banyak digunakan untuk konstruksi jalan, khususnya perkerasan lentur. Aspal merupakan material organik (hydrocarbon) yang kompleks dimana dapat diperoleh langsung dari alam atau dengan proses tertentu (artificial). Beberapa literatur di Amerika Serikat mendefinisikan aspal adalah material yang larut dalam karbon disulfide (CS2) tetapi di Inggris menggunakan trichlorothene (CCl3) sebagai pelarut. 

Menurut Asphalt Institute (1989), aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna cokelat tua sampai hitam yang memiliki sifat kohesi, kedap air dan tidak menguap. Pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, tetapi menjadi lunak jika temperatur dinaikkan. Secara ilmiah, aspal terdiri dari asphaltene dan maltene. Asphaltene merupakan fraksi padat yang berwarna hitam atau cokelat tua, sedangkan maltene merupakan fraksi cair dari aspal. Maltene mengandung resin dan minyak yang berfungsi melarutkan komponen asphaltene sehingga aspal bersifat elastis (Asphalt Institute, 1989).

Aspal merupakan material viskoelastis, dimana perilakunya bergantung pada temperatur dan lamanya pembebanan. Pada saat pencampuran dan pemadatan, sifat aspal termasuk bersifat viscous. Namun pada masa pelayanan aspal bersifat viscous elastis. Fungsi aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal dan agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai pelumas pada saat penghamparan dilapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan. Disamping itu juga aspal berfungsi sebagai pengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada di agregat, sehingga untuk itu aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh terhadap cuaca).

Bahan Pengisi (Filler
Bahan Pengisi terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).

 

Download