Perkerasan (pavement) adalah suatu jenis konstruksi
yang relatif stabil yang dibangun diatas permukaan tanah asli atau tanah dasar
yang berfungsi untuk menahan dan mendistribusikan beban kendaraan serta sebagai
lapisan penutup permukaan. Jadi perkerasan dibangun karena permukaan tanah dasar
tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya. Berdasarkan karakteristik menahan dan mendistribusikan beban, maka
perkerasan dapat dibagi atas perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement).
Perkerasan lentur (flexible pavement)
Merupakan perkerasan yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat terhadap material lainnya dan cenderung bersifat lentur
karena aspal yang berfungsi sebagai pengikatnya bersifat elastis. Perkerasan
tipe ini umumnya terdiri dari 4 lapisan yaitu lapisan permukaan, lapisan
pondasi atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan tanah dasar, dimana setiap
lapisan berperan dalam mendistribusikan beban ke lapisan lain yang ada
dibawahnya.
Sumber:
http://training.ce.washington.edu/PGI
Perkerasan kaku (rigid pavement)
Suatu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat terhadap
material lainnya dan cenderung bersifat kaku karena memiliki modulus
elastisitas yang sangat tinggi. Perkerasan tipe ini umumnya juga terdiri dari 4
lapisan yaitu lapisan permukaan beton, lapisan pondasi atas, lapisan pondasi
bawah dan lapisan tanah dasar. Hanya saja untuk tipe perkerasan ini lapisan
pondasinya berfungsi sebagai drainase untuk mengalirkan air. Tipe perkerasan ini biasanya direncanakan untuk lalu lintas yang tinggi.
Sumber:
http://training.ce.washington.edu/PGI
Perkerasan komposit
Suatu perkerasan yang merupakan gabungan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Tipe
ini jarang sekali digunakan pada pendesainan awal tetapi biasa digunakan pada
rehabilitasi suatu perkerasan jalan.
Material Perkerasan Jalan
Material utama
pembentuk lapisan perkerasan jalan adalah agregat, yaitu 90–95% dari berat
campuran perkerasan. Daya dukung lapisan perkerasan ditentukan dari sifat butir-butir agregat dan
gradasi
agregatnya. Bahan pengikat seperti aspal dan semen digunakan
sebagai bahan pengikat agregat agar terbentuk perkerasan yang kedap air.
Untuk mendapatkan
perkerasan jalan yang memenuhi mutu yang diharapkan, maka diperlukan
pengetahuan tentang sifat, pengadaan, dan pengolahan agregat. Disamping itu, pengetahuan
tentang sifat bahan pengikat seperti aspal menjadi dasar untuk merancang
campuran beraspal sesuai jenis perkerasan yang diinginkan. Pengendalian mutu dari
proses pelaksanaan perkerasan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan untuk mendapatkan
mutu campuran yang diharapkan.
Agregat
Agregat merupakan
kumpulan butiran batuan, kerikil, pasir maupun mineral lainnya dengan ukuran
tertentu yang diperoleh dari hasil alam atau buatan. Untuk mendapatkan kualitas
campuran aspal yang baik, proporsi agregat dalam campuran harus mencukupi terbentuknya
suatu kerangka susun batuan yang saling mengunci antar butirannya. Hal tersebut
membuat campuran aspal mampu menahan pergerakan butiran agregat di saat
campuran aspal menerima beban (Asphalt Institute, 1989). Mutu dari agregat yang
akan digunakan sebagai bahan konstruksi harus sesuai dengan spesifikasi. Ada
beberapa macam spesifikasi yaitu: menurut AASHTO, British Standard, Bina Marga
dan Spesifikasi menurut Departemen Pekerjaan Umum tentang kriteria agregat.
Aspal
Aspal
adalah sejenis mineral yang banyak digunakan untuk konstruksi jalan, khususnya
perkerasan lentur. Aspal merupakan material organik (hydrocarbon) yang kompleks dimana dapat diperoleh
langsung dari alam atau dengan proses tertentu (artificial). Beberapa
literatur di Amerika Serikat mendefinisikan aspal adalah material
yang larut dalam karbon disulfide (CS2) tetapi di Inggris
menggunakan trichlorothene (CCl3)
sebagai pelarut.
Menurut
Asphalt Institute (1989), aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna
cokelat tua sampai hitam yang memiliki sifat kohesi, kedap air dan tidak
menguap. Pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat, tetapi menjadi lunak jika temperatur
dinaikkan.
Secara ilmiah, aspal terdiri dari asphaltene
dan maltene. Asphaltene merupakan fraksi padat yang berwarna hitam atau
cokelat tua, sedangkan maltene merupakan fraksi cair dari aspal. Maltene
mengandung resin dan minyak yang berfungsi melarutkan komponen asphaltene
sehingga aspal bersifat elastis (Asphalt Institute, 1989).
Aspal
merupakan material viskoelastis, dimana perilakunya bergantung pada temperatur
dan lamanya pembebanan. Pada saat pencampuran dan pemadatan, sifat aspal
termasuk bersifat viscous. Namun pada
masa pelayanan aspal bersifat viscous
elastis. Fungsi
aspal dalam campuran perkerasan adalah sebagai bahan pengikat antar aspal dan
agregat dan antara sesama aspal, sebagai bahan pengisi rongga antar butir
agregat dan pori-pori yang ada dalam butir agregat itu sendiri dan sebagai
pelumas pada saat penghamparan dilapangan sehingga memudahkan untuk dipadatkan. Disamping itu juga aspal berfungsi sebagai
pengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada di agregat,
sehingga untuk itu aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh terhadap
cuaca).
Bahan Pengisi (Filler)
Bahan Pengisi terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).